Dear You, Welcome To My Personal Blog "svaxnet" By. Simon Rizyard Banundi

Minggu, 16 September 2012

AH-64 APACHE SANG PREDATOR UNTUK PAPUA


AH-64 APACHE

Awal Sepetember kemarin (2012) menyambut kunjungan Hillary Clinton ke Jakarta  WPAT (West Papuan Advocacy Team) menyurati Sekretaris Mentri luar negri AS (Amerika Serikat) guna menghimbau Pemerintah AS  tidak menyetujui penjualan AH-64 Apache dengan Pemerintah Indonesia, “Anda menggunakan kesempatan kunjungan anda untuk menginformasikan kepada Pemerintah Indonesia bahwa rencana penjualan AH – 64 Apache tidak akan mengalami kemajuan”, Demikian kutipan surat WPAT.

Terobosan ini mengingat beberapa bulan kemarin sekitar 90 LSM internasional meminta pemerintah AS (Amerika Serikat/USA) untuk tidak menjual Helikopter tempur US Army (angkatan darat AS) ke Indonesia, AH 64 Apache. Kelompok organisasi tersebut perpendapat bahwa ketentuan dalam Helikopter itu menibulkan ancaman langsung terhadap warga sipil Papua. Hal ini sebagai upaya mencegah TNI yang selama bertahun – tahun dipertahankan dalam penugasan operasi – operasi militer selain perang (OMSP) di Papua menggunakan kekuatan yang berlebihan over strength military. Menurut mereka Apaceh adalah senjata yang paling mematikan yang akan digunakan TNI untuk meningkatkan konflik antara Indonesia dan Papua Barat, Apaceh akan meningkatkan kapasitas TNI dalam melancarkan operasi – operasi penyapuan di Papua barat, hal ini akan meningkatkan penderitaan dikalangan penduduk sipil akibat korban operasi dengan Apache.

Progres terkini terkait AH-64 Apache, pada Juli dan Agustus 2012 Pemerintah AS telah memberikan signal penawaran heli tempur AH -64 Apache kepada Indonesia. Menetri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro pada Jumat, 24 Agustus 2012 di Jakarta mengatakan “kalau ada persetujuan dengan DPR RI maka kita (TNI) akan membeli delapan unit AH -64 Apache”. Heli serbu modern ini seharga US$45 Juta per-unit atau setara 2 kali harga SU-27 Mk1 dari Roxobonexport - Rusia.        

Fakta Seputar AH-64 Apache
Apache adalah nama yang dipinjam dari sebuah suku primitif/pribumi Amerika, suku ini oleh Christoporus Colombus dinamai suku “Indian” kala pertama kali menemukan benua Amerika sekitar Oktober 1492 silam. Suku Apache, sebelumnya terkenal dengan kemampuan mengelolah dan mengembangkan strategi perang yang handal pada masa itu, Apache terdiri dari beberapa kelompok yaitu “Mescalero, Mogolon, Arivaiva, Naisa, Tohisih, Faraone, Lanero, Gileno, Chiricahua, Mimbreno dan Tchikun”.

Inspirasi Apachelah yang kemudian dirancang oleh perusahan Hughes Helicopters untuk memenuhi kebutuan Heli serbu US - Army. Perusahan McDonnel Douglas kemudian membeli Hughes Helocopters dan meneruskan pengembangan helicopter ini hinga menghasilkan AH-64 Apache, Long Bow yang kini diproduksi oleh Boeing Integrated Defence System. Apache digerakan oleh dua unit mesin turbin ACI General Electric dan memiliki empat bilah rotor utama (rotor = daya penggerak heli untuk terbang) dan empat bilah rotor ekor, sit position dua crew adalah di depan dan belakang. Apache terdiri dari empat baling – baling, dua mesin dan tiga roda pendaratan landing. Ruang crew dan tangki bahan bakar helicopter ini terlindung paling canggih di dunia sehingga Apache tetap terbang sekalipun menerima tembakan senapan otomatis berkaliber 23 mm. Apache sendiri dipersenjatai meriam rantai M-230 berkaliber 30 mm yang dikendalikan oleh system pengendali, penandaan dan perolehan target (TADS). Apache mampu mengangkut dan membawa rudal anti tank AGM-114 Helifire, roket tak berpadu caliber 70 mm (2,75 in), Hydra 70 dan rudal udara AIM-92 Stinger untuk mempertahankan diri dari Air Attach (serangan udara) musuh. Apache dirancang untuk pertahanan tempur garis depan, mampu beroperasi dalam segalah cuaca, baik siang, malam atau cuaca hujan dan panas dengan menggunakan avionic dan elektronik seperti system penandaan dan perolehan target, system penglihatan malam – juru terbang (TADS/PNVS), pertahanan diri pasif infra-merah, GPS dan system pengendali persenjataan pada helm Shooter (IHDSS).

Beberapa Fakta Penggunaan Apache Dalam Scala Operasi Tempur
Fakta bahwa Apache adalah Helikopter paling mematikan terbukti dengan kehadirannya di medan – medan tempur (field war) yang dielar AS dan sekutunya. Apache juga digunakan Inggris, Belanda, Singapura, Uni – Emirat Arab, Jepang dan Israel bagi kepetingan militernya.

Amerika
AS, menggunakan Helikopter ini sejak tahun 1989 di Panama yang dikenal dengan “Just Cause Operation”, Helikopter ini juga di gunakan di Bosnia, Kosovo dan Iraq. Pada tahun 2003 lebih dari 200 Helikopter Apache digunakan dalam operasi tempur “Desert Storm” untuk memburuh Sadam Husein di Iraq. Perang Afganistan juga US Army menggunakan jasa Apache.

Izrael
Pasukan militer Izrael, IAF menggunakan Apache pada tahun 1990. Terutama operasi yang saat itu dilancarkan IAF yaitu menumpas Hizbullah di Libanon selatan, suatu ketika pesawat Libanon, Cessna RUPS-114 terbang menuju wilayah Izrael dan menjumpai Helikopter AH-64 Apache Izrael, ketika itu juga Apache Izrael menembak jatuh dan menwaskan crew Cessna RUPS-114 Libanon. IAF juga menggunakan Apache untuk memburuh dan menewaskan Syeikh Alhazin dalam operasi intifalda Al Aqsah.

Prospek Apache TNI AD Untuk Papua
Saat ini sebaran postur militer di Papua terlampau sangat padat, postur – postur TNI saat ini menggunakan persenjataan yang seadanya saja, bahkan beberapa diantaranya senjata lama. Jakarta kini melalui Departemen Pertahanan sedang berupaya memdernisasi Alutsista TNI. Hal yang paling mengkawatirkan yaitu penggunaan Apache di Papua menjadi rencana strategis scala operasi TNI yang oleh undang – Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI mengenai tugas pokok TNI pasal 7 ayat (2) terkait Operasi Militer Selain Perang (OMSP) terutama dalam kaitannya dengan terorisme dan separatis.

Papua masih dipandang sebagai daerah yang berdataran luas, pegungan dan berhutan lebat memiliki low level conflict. Berbagai aksi penembakan misterius sulit diungkap oleh Polri, TNI termasuk intelijen. Medan yang sangat berat, sulit dijangkau dengan fasilitas militer yang ada selalu menjadi keluhan Polri, TNI dan Intelijen. Inilah fakta yang dapat menginspirasi Pemerintah Indonesia untuk membeli Heli tempur AH-64 Apache meskipun sebagian besar rakyat Indonesia hampir tidak mampu makan dalam sehari.

Menurut saya, pertama sesungguhnya dalam sepuluh tahun hingga lima belas tahun terakhir tidak ada conflict yang berskala serius yang mengancam gangguan sepenggal kedaulatan RI di Papua. Tidak ada kebutuan serius yang membutuhkan operasi militer selain perang di Papua sebagaimana amanat Undang – Undang TNI, bahkan tanpa militer justru masyarakat Papua paling nyaman menikmati kehidupan.  

Ke-dua ini berbanding terbalik dengan letak geografis Indonesia sebagai Negara maritime atau kepulauan. Komando territorial justru memperlihatkan kelemahan militer Indonesia seklipun menggunakan mesin perang kelas dunia. Paling tidak prospek gelar armada pertahanan Indonesia yang paling ideal ke depan adalah wilayah laut. Marinir adalah prioritas yang seharusnya di-support, bukan Angkatan Darat. Tentu sehubungan dengan besaran wilayah laut Indonesian Border lebih dari tiga Negara masing – masing, Australia, Filiphina, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan Papua New Gunea.

Ke-tiga, NKRI terlalu jauh untuk meniru, AS, Inggris, Belanda, Izrael, Uni Emirat Arab, Singapura dan Jepang dalam penggunaan Heli serbu AH-64 Apache, mengingat Indonesia hanyalah Negara berkembang baik aspek HAM, Demokrasi, penegakan hukum, perekonomian juga termasuk politik luar negri Indonesia yang bebas aktif. Pro aktif Indonesia dalam keanggotaan Negara Non-Blok (GNB) dan ASEAN membuktikan Indonesia bukanlah Negara perang seperti AS, Inggris dan Izrael.

Ke-empat, Helikopter Apache di-design dalam beberapa varian antara lain : AH-64A, AH-64B, AH-64C dan AH-64D yang kesemuannya diracik oleh Boeing Integrated Defence System untuk menjawab kebutuan perang militer US Army, RAF – Inggris da IAF – Izrael bukan TNI yang justru paling aktif diterjunkan dalam UN Peace Keeper (Kontingen Garuda pasukan perdamaian PBB).

Tabea..!!!!     

AH-64 APACHE READY TO TAKE OFF


Resource : Svaxnet Network Groups

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar