|
AH-64 APACHE |
Awal Sepetember kemarin (2012) menyambut kunjungan
Hillary Clinton ke Jakarta WPAT (West
Papuan Advocacy Team) menyurati Sekretaris Mentri luar negri AS (Amerika
Serikat) guna menghimbau Pemerintah AS tidak menyetujui penjualan AH-64 Apache dengan
Pemerintah Indonesia, “Anda menggunakan kesempatan kunjungan anda untuk
menginformasikan kepada Pemerintah Indonesia bahwa rencana penjualan AH – 64 Apache
tidak akan mengalami kemajuan”, Demikian kutipan surat WPAT.
Terobosan ini mengingat beberapa
bulan kemarin sekitar 90 LSM internasional meminta pemerintah AS (Amerika
Serikat/USA) untuk tidak menjual Helikopter tempur US Army (angkatan darat AS)
ke Indonesia, AH 64 Apache. Kelompok organisasi tersebut perpendapat bahwa
ketentuan dalam Helikopter itu menibulkan ancaman langsung terhadap warga sipil
Papua. Hal ini sebagai upaya mencegah TNI yang selama bertahun – tahun dipertahankan
dalam penugasan operasi – operasi militer selain perang (OMSP) di Papua
menggunakan kekuatan yang berlebihan over
strength military. Menurut mereka Apaceh adalah senjata yang paling
mematikan yang akan digunakan TNI untuk meningkatkan konflik antara Indonesia
dan Papua Barat, Apaceh akan meningkatkan kapasitas TNI dalam melancarkan
operasi – operasi penyapuan di Papua barat, hal ini akan meningkatkan
penderitaan dikalangan penduduk sipil akibat korban operasi dengan Apache.
Progres terkini terkait AH-64 Apache,
pada Juli dan Agustus 2012 Pemerintah AS telah memberikan signal penawaran heli
tempur AH -64 Apache kepada Indonesia. Menetri Pertahanan Indonesia Purnomo
Yusgiantoro pada Jumat, 24 Agustus 2012 di Jakarta mengatakan “kalau ada persetujuan dengan DPR RI maka
kita (TNI) akan membeli delapan unit AH -64 Apache”. Heli serbu modern ini
seharga US$45 Juta per-unit atau setara 2 kali harga SU-27 Mk1 dari
Roxobonexport - Rusia.
Fakta
Seputar AH-64 Apache
Apache adalah nama yang dipinjam
dari sebuah suku primitif/pribumi Amerika, suku ini oleh Christoporus Colombus
dinamai suku “Indian” kala pertama kali menemukan benua Amerika sekitar Oktober
1492 silam. Suku Apache, sebelumnya terkenal dengan kemampuan mengelolah dan
mengembangkan strategi perang yang handal pada masa itu, Apache terdiri dari
beberapa kelompok yaitu “Mescalero, Mogolon, Arivaiva, Naisa, Tohisih, Faraone,
Lanero, Gileno, Chiricahua, Mimbreno dan Tchikun”.
Inspirasi Apachelah yang kemudian dirancang
oleh perusahan Hughes Helicopters untuk memenuhi kebutuan Heli serbu US - Army.
Perusahan McDonnel Douglas kemudian membeli Hughes Helocopters dan meneruskan
pengembangan helicopter ini hinga menghasilkan AH-64 Apache, Long Bow yang kini
diproduksi oleh Boeing Integrated Defence System. Apache digerakan oleh dua
unit mesin turbin ACI General Electric dan memiliki empat bilah rotor utama (rotor
= daya penggerak heli untuk terbang) dan empat bilah rotor ekor, sit position dua crew adalah di depan dan belakang. Apache terdiri dari empat baling
– baling, dua mesin dan tiga roda pendaratan landing. Ruang crew dan
tangki bahan bakar helicopter ini terlindung paling canggih di dunia sehingga
Apache tetap terbang sekalipun menerima tembakan senapan otomatis berkaliber 23
mm. Apache sendiri dipersenjatai meriam rantai M-230 berkaliber 30 mm yang
dikendalikan oleh system pengendali, penandaan dan perolehan target (TADS).
Apache mampu mengangkut dan membawa rudal anti tank AGM-114 Helifire, roket tak
berpadu caliber 70 mm (2,75 in), Hydra 70 dan rudal udara AIM-92 Stinger untuk
mempertahankan diri dari Air Attach (serangan udara) musuh. Apache dirancang
untuk pertahanan tempur garis depan, mampu beroperasi dalam segalah cuaca, baik
siang, malam atau cuaca hujan dan panas dengan menggunakan avionic dan
elektronik seperti system penandaan dan perolehan target, system penglihatan
malam – juru terbang (TADS/PNVS), pertahanan diri pasif infra-merah, GPS dan
system pengendali persenjataan pada helm Shooter (IHDSS).
Beberapa
Fakta Penggunaan Apache Dalam Scala Operasi Tempur
Fakta bahwa Apache adalah Helikopter
paling mematikan terbukti dengan kehadirannya di medan – medan tempur (field war) yang dielar AS dan
sekutunya. Apache juga digunakan Inggris, Belanda, Singapura, Uni – Emirat Arab,
Jepang dan Israel bagi kepetingan militernya.
Amerika
AS, menggunakan Helikopter ini sejak
tahun 1989 di Panama yang dikenal dengan “Just
Cause Operation”, Helikopter ini juga di gunakan di Bosnia, Kosovo dan
Iraq. Pada tahun 2003 lebih dari 200 Helikopter Apache digunakan dalam operasi
tempur “Desert Storm” untuk memburuh Sadam Husein di Iraq. Perang Afganistan
juga US Army menggunakan jasa Apache.
Izrael
Pasukan militer Izrael, IAF
menggunakan Apache pada tahun 1990. Terutama operasi yang saat itu dilancarkan
IAF yaitu menumpas Hizbullah di Libanon selatan, suatu ketika pesawat Libanon,
Cessna RUPS-114 terbang menuju wilayah Izrael dan menjumpai Helikopter AH-64
Apache Izrael, ketika itu juga Apache Izrael menembak jatuh dan menwaskan crew
Cessna RUPS-114 Libanon. IAF juga menggunakan Apache untuk memburuh dan
menewaskan Syeikh Alhazin dalam operasi intifalda Al Aqsah.
Prospek
Apache TNI AD Untuk Papua
Saat ini sebaran postur militer di
Papua terlampau sangat padat, postur – postur TNI saat ini menggunakan
persenjataan yang seadanya saja, bahkan beberapa diantaranya senjata lama.
Jakarta kini melalui Departemen Pertahanan sedang berupaya memdernisasi
Alutsista TNI. Hal yang paling mengkawatirkan yaitu penggunaan Apache di Papua
menjadi rencana strategis scala operasi TNI yang oleh undang – Undang Nomor 34
Tahun 2004 tentang TNI mengenai tugas pokok TNI pasal 7 ayat (2) terkait Operasi
Militer Selain Perang (OMSP) terutama dalam kaitannya dengan terorisme dan
separatis.
Papua masih dipandang sebagai
daerah yang berdataran luas, pegungan dan berhutan lebat memiliki low level conflict. Berbagai aksi
penembakan misterius sulit diungkap oleh Polri, TNI termasuk intelijen. Medan yang
sangat berat, sulit dijangkau dengan fasilitas militer yang ada selalu menjadi
keluhan Polri, TNI dan Intelijen. Inilah fakta yang dapat menginspirasi
Pemerintah Indonesia untuk membeli Heli tempur AH-64 Apache meskipun sebagian
besar rakyat Indonesia hampir tidak mampu makan dalam sehari.
Menurut saya, pertama sesungguhnya dalam sepuluh tahun hingga lima belas tahun terakhir
tidak ada conflict yang berskala serius yang mengancam gangguan sepenggal kedaulatan
RI di Papua. Tidak ada kebutuan serius yang membutuhkan operasi militer selain
perang di Papua sebagaimana amanat Undang – Undang TNI, bahkan tanpa militer
justru masyarakat Papua paling nyaman menikmati kehidupan.
Ke-dua ini berbanding terbalik dengan letak
geografis Indonesia sebagai Negara maritime atau kepulauan. Komando territorial
justru memperlihatkan kelemahan militer Indonesia seklipun menggunakan mesin
perang kelas dunia. Paling tidak prospek gelar armada pertahanan Indonesia yang
paling ideal ke depan adalah wilayah laut. Marinir adalah prioritas yang
seharusnya di-support, bukan Angkatan
Darat. Tentu sehubungan dengan besaran wilayah laut Indonesian Border lebih dari tiga Negara masing – masing,
Australia, Filiphina, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan Papua New Gunea.
Ke-tiga, NKRI terlalu jauh untuk meniru, AS,
Inggris, Belanda, Izrael, Uni Emirat Arab, Singapura dan Jepang dalam
penggunaan Heli serbu AH-64 Apache, mengingat Indonesia hanyalah Negara berkembang
baik aspek HAM, Demokrasi, penegakan hukum, perekonomian juga termasuk politik
luar negri Indonesia yang bebas aktif. Pro aktif Indonesia dalam keanggotaan Negara
Non-Blok (GNB) dan ASEAN membuktikan Indonesia bukanlah Negara perang seperti
AS, Inggris dan Izrael.
Ke-empat, Helikopter Apache di-design dalam
beberapa varian antara lain : AH-64A, AH-64B, AH-64C dan AH-64D yang
kesemuannya diracik oleh Boeing Integrated Defence System untuk menjawab
kebutuan perang militer US Army, RAF – Inggris da IAF – Izrael bukan TNI yang
justru paling aktif diterjunkan dalam UN Peace Keeper (Kontingen Garuda pasukan
perdamaian PBB).
Tabea..!!!!
|
AH-64 APACHE READY TO TAKE OFF |
Resource
: Svaxnet Network Groups