Penembakan Papua.(ilustrasi moriand) |
Sengaja dibuat judul
demikian agar lebih sederhana tanpa harus menyinggung pihak mana atau siapapun
dimanapun berada. Judul “Meneropong drama tuduhan penembakan di Tanah Papua” diangkat
mengingat media nasional terutama Tribun News, Kompas, Media Indonesia, Viva
News dan lain lain dalam tiga hari terakhir ini paling marak mengulas
pemberitaan seputar penembakan di Papua.
Read More
Read More
Adapun insiden penembakan
yang mulai jadi polemik media yakni penembakan warga sipil di Kampung Nomowodidie
distrik Bogobaida, Paniai oleh oknum Brimob yang melukai Melianus Kegepe, Lukas
Kegepe, Amos Kegepe, Alpius Kegepe serta satu orang lainnya Koran tewas yang
belum diketahui identitasnya pada Selasa, 15 Mei 2012 pukul 20.00 Wit, serta tukang
ojek Arkilaur Refwutu (48) yang ditembak saat mengantar penumpang di Kampung
Yalinggua – Mulia, Puncak jaya pada Kamis, 17 Mei 2012 pukul 09.00 Wit. Namun ketika
berdiskusi mengenai tragedi ini justru media Jakarta mengungkap polemik di
kalangan elit.
Drama penembakan di Papua
dalam lintasan sejarah sebenarnya telah berlangsung sejak dahulu kala dimasa
Jepang, Sekutu hingga Belanda. Namun drama penembakan di Papua paling
mengerikan terjadi pasca pra aneksasi west new guinea (Papua) melalui Komando
Trikora pada pertengahan Desember tahun 1961. Drama operasi – operasi rahasia (secreet
operation) mulai menciptakan ruang konflik hingga drama penembakan terjadi di
Papua antara tahun 1960an tersebut. Secara diam – diam pihak intelijen asing
mulai terlibat secara rahasia dalam berbagai persitiwa yang penuh konfirasi di
Tanah Papua. Sekitar tahun 1967 sebagai akibat jasa CIA (Central Inteligence
Agency) kepada Brigjen Soeharto yang membantu proses kudeta rezim komunis
Soekarno maka Soeharto menyerahkan Freeport, Timika melalui kontrak kerja I
penambangan mineral kepada Mac Moran AS. TNI melalui Soeharto dalam peristiwa tersebut
diduga bekerja sama dengan kapitalis asing tanpa melibatkan Negara. adapun Ir. Soekarno
sebagai Presiden RI diabaikan apalagi orang Papua pemilik emas, inilah menurut
saya cikal bakal perlu hadirnya drama tuduhan penembakan di tanah Papua dalam politik
intelijen.
Meneropong lebih detil
ternyata melimpahnya stok sumber daya alam tanah Papua adalah biang bagi pihak
asing untuk melesetarikan kepentingannya dengan militer Indonesia. Praktiknya elit
militer Indonesia terpaksa harus masuk dalam urusan politik Negara, salah
satunya dengan dibetuk dwi fungsi ABRI oleh Soeharto. Dilestarikannya drama
penembakan di Papua oleh kelompok rahasia (secreet
groups) mungkin adalah bagian dari politik militer melalui Intelijen.
Dibelahan dunia lain terdapat
beberapa negara kaya sumber daya alam yang sering jadi korban politik ini
seperti Libya, Afganistan. Negara Irak dalam kekuasaan Sadam Husein misalnya
dituduh miliki senjata pemusnah masal tetapi setelah agresi militer besar –
besaran oleh AS justru tidak didapati sesuatu yang berbahaya bagi dunia. AS dan
Eropa pasca perang malahan membangun kerja sama dengan pemerintah baru Irak
untuk berbagi sumber daya minyak guna menunjang ekonomi mereka.
Secara singkat jika
mencermati politik di atas, sama halnya dengan kisah sang ikon pejuang Papua almahrum
Kelly Kwalik. Pejuang legendaris ini adalah orang yang paling dituduh dalam
setiap aksi – aksi bersenjata baik secara khusus di area Tembagapura maupun
diluar Tembagapura. Sayangnya Kelly Kwalik semasa hidup tidak pernah di seret
ke Pengadilan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum. Kontroversinya
adalah jika Kelly Kwalik bisa di eksekusi oleh pasuka elit Indonesia pada Desember
2009 berarti Kelly Kwalik sudah bisa dideteksi keberadaanya untuk ditangkap. Sayangnya
pola demikian tidak dilakukan sehingga aktor penembak misterius di Papua tak
pernah ada yang tahu hingga detik ini.
Selepas tuduhan TPN/OPM
kini pelaku penembakan mulai dituduhkan pada “Kelompok Bayaran”. Sukar untuk
mengungkap sesuatu yang misterius mengenai penembakan di Papua tetapi jika menghubungkan
rentetan peristiwa di atas dengan adanya tuduhan “kelompok bayaran”, sebelumnya
perlu untuk di uji apakah kelompok bayaran ini menggantikan tuduhan peran Kelly
Kwalik atau TPN/OPM ? atau kelompok bayaran ini berdiri sendiri dan tanpa
koneksi dan relasi dengan pihak Kelly Kwalik. Ketika membaca sandiwara di atas
maka tidak perlu untuk menjawab pertanyaan demikian. Dapat disimak bahwa “Kelompok
bayaran adalah kelompok yang dibayar oleh pihak pembayar, sebab terdapat
kepentingan selepas pembayaran tersebut, jika sumber daya alam papua adalah
biang petaka yang terjadi di tanah Papua maka layak meminjam pepatah Rusia : “Kerakusan
akan menggali kubur mereka dengan gigi mereka sendiri”[morian]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar