Dear You, Welcome To My Personal Blog "svaxnet" By. Simon Rizyard Banundi

Senin, 21 Mei 2012

MENEROPONG SEPINTAS DRAMA PENEMBAKAN DI TANAH PAPUA


Penembakan Papua.(ilustrasi moriand)
Sengaja dibuat judul demikian agar lebih sederhana tanpa harus menyinggung pihak mana atau siapapun dimanapun berada. Judul “Meneropong drama tuduhan penembakan di Tanah Papua” diangkat mengingat media nasional terutama Tribun News, Kompas, Media Indonesia, Viva News dan lain lain dalam tiga hari terakhir ini paling marak mengulas pemberitaan seputar penembakan di Papua.
Read More



Adapun insiden penembakan yang mulai jadi polemik media yakni penembakan warga sipil di Kampung Nomowodidie distrik Bogobaida, Paniai oleh oknum Brimob yang melukai Melianus Kegepe, Lukas Kegepe, Amos Kegepe, Alpius Kegepe serta satu orang lainnya Koran tewas yang belum diketahui identitasnya pada Selasa, 15 Mei 2012 pukul 20.00 Wit, serta tukang ojek Arkilaur Refwutu (48) yang ditembak saat mengantar penumpang di Kampung Yalinggua – Mulia, Puncak jaya pada Kamis, 17 Mei 2012 pukul 09.00 Wit. Namun ketika berdiskusi mengenai tragedi ini justru media Jakarta mengungkap polemik di kalangan elit.

Drama penembakan di Papua dalam lintasan sejarah sebenarnya telah berlangsung sejak dahulu kala dimasa Jepang, Sekutu hingga Belanda. Namun drama penembakan di Papua paling mengerikan terjadi pasca pra aneksasi west new guinea (Papua) melalui Komando Trikora pada pertengahan Desember tahun 1961.  Drama operasi – operasi rahasia (secreet operation) mulai menciptakan ruang konflik hingga drama penembakan terjadi di Papua antara tahun 1960an tersebut. Secara diam – diam pihak intelijen asing mulai terlibat secara rahasia dalam berbagai persitiwa yang penuh konfirasi di Tanah Papua. Sekitar tahun 1967 sebagai akibat jasa CIA (Central Inteligence Agency) kepada Brigjen Soeharto yang membantu proses kudeta rezim komunis Soekarno maka Soeharto menyerahkan Freeport, Timika melalui kontrak kerja I penambangan mineral kepada Mac Moran AS. TNI melalui Soeharto dalam peristiwa tersebut diduga bekerja sama dengan kapitalis asing tanpa melibatkan Negara. adapun Ir. Soekarno sebagai Presiden RI diabaikan apalagi orang Papua pemilik emas, inilah menurut saya cikal bakal perlu hadirnya drama tuduhan penembakan di tanah Papua dalam politik intelijen.

Meneropong lebih detil ternyata melimpahnya stok sumber daya alam tanah Papua adalah biang bagi pihak asing untuk melesetarikan kepentingannya dengan militer Indonesia. Praktiknya elit militer Indonesia terpaksa harus masuk dalam urusan politik Negara, salah satunya dengan dibetuk dwi fungsi ABRI oleh Soeharto. Dilestarikannya drama penembakan di Papua oleh kelompok rahasia (secreet groups) mungkin adalah bagian dari politik militer melalui Intelijen.

Dibelahan dunia lain terdapat beberapa negara kaya sumber daya alam yang sering jadi korban politik ini seperti Libya, Afganistan. Negara Irak dalam kekuasaan Sadam Husein misalnya dituduh miliki senjata pemusnah masal tetapi setelah agresi militer besar – besaran oleh AS justru tidak didapati sesuatu yang berbahaya bagi dunia. AS dan Eropa pasca perang malahan membangun kerja sama dengan pemerintah baru Irak untuk berbagi sumber daya minyak guna menunjang ekonomi mereka.

Secara singkat jika mencermati politik di atas, sama halnya dengan kisah sang ikon pejuang Papua almahrum Kelly Kwalik. Pejuang legendaris ini adalah orang yang paling dituduh dalam setiap aksi – aksi bersenjata baik secara khusus di area Tembagapura maupun diluar Tembagapura. Sayangnya Kelly Kwalik semasa hidup tidak pernah di seret ke Pengadilan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum. Kontroversinya adalah jika Kelly Kwalik bisa di eksekusi oleh pasuka elit Indonesia pada Desember 2009 berarti Kelly Kwalik sudah bisa dideteksi keberadaanya untuk ditangkap. Sayangnya pola demikian tidak dilakukan sehingga aktor penembak misterius di Papua tak pernah ada yang tahu hingga detik ini.

Selepas tuduhan TPN/OPM kini pelaku penembakan mulai dituduhkan pada “Kelompok Bayaran”. Sukar untuk mengungkap sesuatu yang misterius mengenai penembakan di Papua tetapi jika menghubungkan rentetan peristiwa di atas dengan adanya tuduhan “kelompok bayaran”, sebelumnya perlu untuk di uji apakah kelompok bayaran ini menggantikan tuduhan peran Kelly Kwalik atau TPN/OPM ? atau kelompok bayaran ini berdiri sendiri dan tanpa koneksi dan relasi dengan pihak Kelly Kwalik. Ketika membaca sandiwara di atas maka tidak perlu untuk menjawab pertanyaan demikian. Dapat disimak bahwa “Kelompok bayaran adalah kelompok yang dibayar oleh pihak pembayar, sebab terdapat kepentingan selepas pembayaran tersebut, jika sumber daya alam papua adalah biang petaka yang terjadi di tanah Papua maka layak meminjam pepatah Rusia : “Kerakusan akan menggali kubur mereka dengan gigi mereka sendiri”[morian]    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar